Tuesday, April 30, 2013

PELAYANAN BIMBINGAN SOSIAL



    Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan pola layanan BK yang telah ada sebelumnya atau yang telah dijalankan oleh konselor SMKN 4 Surabaya, yaitu menggunakan pola 17+  merupakan pelaksanaan layanan, bidang bimbingan, dan satuan pendukung.
    Pada pelayanan bimbingan sosial diberikan oleh guru BK ketika jam pelajaran pengembangan diri sesuai waktu yang sudah terjadwal untuk masing- masing kelas. Informasi yang diberikan diantaranya Kerja Sama, kenakalan remaja, pengembangan komunikasi sosial dan lain sebagainya.

    Berikut ini adalah layanan bimbingan dan konseling yang berpedoman pada pola 17+ adalah sebagai berikut :

a. Layanan orientasi
    Tujuan pemberian layanan orientasi ini agar siswa memahami lingkungan baru dengan baik sehingga dapat menyesuaikan diri, terutama dengan lingkungan sekolah supaya mempermudah dan memperlancar peranannya siswa di lingkungan yang baru. Layanan orientasi ini dilakukan pada awal tahun ajaran baru pada siswa kelas X.

b. Layanan informasi
    Tujuan pemberian layanan informasi ini agar siswa mengenal dan memahami berbagai macam informasi yang ada relevansinya dengan hubungan sosial. Layanan informasi dilakukan oleh guru BK setiap hari baik itu dalam kondisi kelompok maupun klasikal di kelas.

c. Layanan bimbingan kelompok
    Tujuan pemberian layanan bimbingan kelompok ini untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, untuk pengambilan keputusan tindakan melalui dinamika kelompok. Namun dalam pelaksanaan bimbingan kelompok ini kurang maksimal dilakukan oleh guru BK SMKN 4 Surabaya karena keterbatasan waktu dan ruang bimbingan kelompok yang kurang memadai.

 pelaksanaan bimbingan kelompok

d. Layanan konseling kelompok
    Tujuan pemberian layanan bimbingan kelompok ini untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa melalui dinamika kelompok. Namun dalam pelaksanaan konseling kelompok ini kurang maksimal dilakukan oleh guru BK SMKN 4 Surabaya karena keterbatasan waktu dan ruang konseling  kelompok yang kurang memadai.


Materi mengenai Ketrampilan Bergaul


A.    Hakikat Manusia
       Manusia diciptakan begitu sempurna. Manusia memiliki kodrat sebagai makhluk individual sekaligus makhluk sosial.
     Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
        Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
        Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
    Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

B.    Hakikat Bergaul
   Pertama, pergaulan itu erat kaitannya dengan kemampuan. Kemampuan di sini artinya bukan hasil bawaan dari lahir tetapi merupakan kapabilitas yang diraih dari usaha dalam mengembangkan diri (developmental process). Jadi, apapun kepribadian anda, pada dasarnya anda punya kesempatan yang sama untuk bergaul seperti juga orang lain yang punya model kepribadian lain.
     Kedua, pergaulan itu tidak identik dengan banyak ngomong atau sedikit ngomong, tidak identik dengan apakah anda seorang pendiam atau tidak pendiam. Prinsip yang berlaku dalam pergaulan adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain (to build) dan bagaimana kita menjaga hubungan itu (to maintain).  Karenanya, jangan heran bila menjumpai ada orang yang banyak ngomong tetapi pergaulannya sempit dan jangan heran pula bila melihat ada orang yang sedikit ngomong tetapi pergaulannya luas.

C.    Keterampilan Bergaul
         Setiap individu pasti bisa bergaul, namun berbeda-beda tingkat keterampilannya. Individu yang dikatakan terampil dalam bergaul dicirikan dengan keterampilan untuk saling memahami dan kepercayaan terhadap individu lain. Dua hal ini lah yang paling mendasar dari keterampilan pergaulan seorang individu.
      Pertama, keterampilan untuk saling memahami. Individu yang dapat memahami individu lain akan lebih mudah dalam bergaul. Hal ini dikarenakan ketika kita sudah bisa memahami orang lain maka akan tercipta chemistry dengan orang tersebut karena kita dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain tersebut. Saling memahami di sini bisa berupa pemberian masukan yang membangun serta penerimaan masukan itu tanpa ada perasaaan jengkel.
    Kedua, kepercayaan terhadap individu. Kepercayaan adalah sesuatu yang remeh tapi riskan dalam sebuah pergaulan. Bila kita sudah dapat percaya dan juga dipercaya oleh orang lain, maka pergaulan kita dengan orang tersebut akan semakin berkembang. Rasa percaya bisa kita rasakan saat orang lain menceritakan kisahnya kepada kita atau sebaliknya kita lah yang berbagi kisah kita pada orang lain. Apa bila antara dua belah pihak sudah saling terbuka dan percaya, maka arah pergaulan itu akan semakin jelas.

D.    Solusi untuk Mengembangkan Keterampilan Bergaul

1.        Melatih kepedulian
Kepedulian itu bentuknya bermacam-macam dari mulai yang paling ringan bisa kita lakukan sampai ke yang paling berat. Ini misalnya adalah showing interest (menunjukkan ketertarikan) pada kehidupan orang lain, bisa diajak berbicara tentang apa yang penting menurut orang lain, memberikan alasan pada orang lain bahwa kita tidak berada di pulau yang berbeda dengan mereka, dan seterusnya. Di sini berarti kita perlu meningkatkan wawasan yang terkait dengan beberapa topik utama di lingkungan kita.
Bentuk kepedulian ini bisa kita tingkatkan, misalnya melibatkan diri pada aktivitas bersama dengan orang lain, memainkan peranan yang bermanfaat bagi orang lain, memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan, dan seterusnya. Intinya, jangan sampai kita menyalahkan model kepribadian yang kita miliki seiring dengan serangkaian kesulitan bergaul yang kita alami sementara kita sendiri jarang menunjukkan ketertarikan pada topik atau hal yang menarik buat orang lain. Kita merasa hidup di pulau yang jauh dengan orang lain.
 

2.        Fokuskan pada pengembangan dialog dan suasana
Terlalu memikirkan diri sendiri dan terlalu membuat penilaian atas orang lain pada saat pembicaraan berlangsung, ini bisa mengganggu suasana. Karena itu, fokuskan pada suasana, topik pembicaraan, dan kehangatan dialog. Bagaimana caranya? Di antaranya adalah: a) mengajukan pertanyaan yang bisa kita pelajari dengan menggunakan kaidah 5W1H (what, where, who, why, when, dan how), b) mendengarkan dan mengungkapkan, c) memunculkan humor atau guyonan yang mendukung dan sesuai kebutuhan.
 

3.        Menghormati “privacy” orang lain
Ada beberapa hal tentang orang lain yang membuatnya akan lebih suka kalau kita ketahui, tetapi juga ada beberapa hal tentang orang lain yang akan membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui. Hal-hal tentang orang lain yang membuatnya tidak nyaman kalau kita ketahui inilah yang saya maksudkan dengan privacy. Biasanya yang kedua ini adalah masalah-masalah yang sangat pribadi.
Setiap orang itu biasanya memiliki tiga wilayah kehidupan. Pertama adalah wilayah publik (diketahui secara umum, misalnya tinggal di mana, sekolah di mana, dst), kedua, wilayah privat (diketahui hanya oleh orang yang dekat, pacarnya siapa, musuhnya siapa, dst), dan ketiga adalah wilayah pribadi (tidak ingin diketahui oleh siapapun kecuali dirinya atau suami-istrinya). Untuk kepentingan kelancaran bergaul, akan lebih baik kalau kita memfokuskan diri untuk mengetahui hal-hal yang memang orang lain merasa nyaman untuk diketahui (wilayah publik) dan melupakan apa saja yang membuat orang lain merasa tidak nyaman bila diketahui (wilayah pribadi).
 

4.        Lihat orang lain yang lebih berhasil
Pergaulan itu erat kaitannya dengan seni (the art) atau permainan, (playing the game) tentang bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain. Karena seni, maka gayanya berbeda-beda dan ini tidak terkait dengan apakah kita orang yang tipenya banyak ngomong atau sedikit ngomong. Dan, dalam seni permainan, biasanya ada dua hal yang mendasar, yaitu: a) bagaimana kita mengontrol emosi, b) bagaimana kita mengimbangi emosi orang lain.
Dua hal ini memang agak sulit kalau dijelaskan dengan kata-kata. Akan lebih cepat bisa anda pahami dengan melihat bagaimana orang lain yang secara prestasi di atas kita menjaga hubungan. Mereka yang telah berhasil menjaga hubungan sampai bertahun-tahun, umumnya sudah memiliki kematangan emosi yang lebih bagus. Ini bukan berarti mereka tidak pernah konflik, gap, berbeda pendapat dan lain-lain, tetapi karena mereka sudah tahu bagaimana bermain-main dengan emosi. Karena itu, ada hal-hal yang ditanggapi dengan diam, dengan bicara, dengan ketawa, dengan biasa-biasa, dengan humor, dan lain-lain.
Sebagai contoh, lihatlah bagaiman orang tua kita yang telah bertahun-tahun mempertahankan hubungan dalam membina keluarga. Secara umum bisa kita lihat bahwa kecanggihannya dalam memainkan emosi terletak pada kemampuannya untuk tidak “meng-ekstrim-kan” sesuatu yang berpotensi akan mengacaukan keadaan atau hubungan. Untuk mencapai kemampuan ini memang perlu latihan dan ini tidak terkait langsung dengan umur tetapi terkait dengan pengalaman hidup (life experiencing).
 

5.        Tingkatkan prestasi kita
Ini adalah kunci untuk mengatasi masalah-masalah kejiwaan umum itu. Semakin banyak hal-hal positif yang bisa kita realisasikan dari diri Anda, maka semakin baguslah kita merasakan diri kita. Bagaimana kita merasakan diri kita akan terkait dengan bagaimana kita berhadapan dengan orang lain. Karena itu, menurut teori kesehatan mental, orang yang sedang depresi (punya perasaan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, keadaan atau Tuhan) tidak bisa membangun hubungan dengan orang lain secara positif dan konstruktif.



0 comments:

Post a Comment